Sudah sebulan ini saya nyepeda atau gowes pulang pergi ke kantor, sebelumnya 4 tahun naik motor. Sebelum motor 1 tahun bawa mobil. Sebelum bawa mobil, ngangkot bertahun-tahun. Ternyata gowes ke kantor menyenangkan. Sedikit berkeringat tapi sepadan karena bebas macet pastinya.
Sepeda saya sepeda lipat atau ‘seli’ dengan ukuran ban 20 inchi (seukuran ban sepeda bmx), saya beli di sebuah hipermarket dengan harga 2 juta. Sebelumnya mau coba beli di Pasar Rumput tapi karena tidak tahu merek dan harga akhirnya saya putuskan beli di hipermarket saja, harganya sudah pas, tidak perlu nawar, yang artinya harganya juga tidak mungkin “ditembak”. Sebenarnya saya seharusnya hunting dulu di internet, tapi waktu itu ga kepikiran. Agak menyesal memang. Tapi ya sudah lah, yang saya beli juga lumayan lah.
Jarak tempuh dari rumah ke kantor sekitar 10 km, jadi pulang pergi sekitar 20 km. Tepatnya daerah pintu tol veteran bintaro-Puri Imperium Kuningan. Rute yang saya lewati Tanah Kusir-Pakubuwono-Sudirman-Halimun. Kalau jalur pulang kadang lewat Rasuna Said-Tendean-Gandaria-Tanah Kusir. Ya lumayan lah, sekitar 45 menit- 1 jam. Hampir sama dengan naik motor kalau pas jam sibuk, apalagi jam pulang. Dan lebih cepat dari bawa mobil yang bisa memakan waktu 1-1 jam 15 menit. Keringat? Kalau pagi hampir sama dengan naik motor, karena jaket motor membuat badan berkeringat juga walaupun yang bergerak hanya tangan dan sedikit kaki. Kalau pulang justru keringat sangat banyak, walaupun pulang jam 11 malam sekalipun.
Apakah berat ke kantor naik sepeda? Hmmm…relatif sih. Tapi sedikit gambaran, saya sudah lebih dari 15 tahun tidak pernah naik sepeda lagi, setidaknya lebih dari 1 kali dalam sebulan. Saya juga bukan orang yang suka berolah raga, bahkan bisa dibilang tidak pernah berolah raga selama bertahun-tahun. Pekerjaan saya juga bukan pekerjaan yang banyak menggunakan fisik, jadi keringat tidak pernah keluar karena pergerakan badan, hanya karena panasnya matahari atau karena tertutup jaket motor. Badan saya kurus dan saya perokok berat, sangat berat, satu hari bisa 2-3 bungkus, sampai detik ini. Untuk memulai gowes ke kantor saya hanya membutuhkan waktu 1 minggu “pemanasan”, setiap pagi 15 menit main sepeda dengan anak saya. Setelah itu saya coba hari minggu gowes ke kantor ternyata tidak seberat yang saya pikirkan sebelumnya, baru keesokan harinya saya benar-benar naik sepeda ke kantor.
Kenapa saya mulai berfikir untuk naik sepeda? Ada beberapa alasan. Pertama tentunya karena masalah kemacetan di jakarta yang kian hari kian parah. Selama naik motor saya sering melihat goweser yang sepertinya santai saja saat macet karena lebih lincah dari motor dan bisa masuk jalur cepat. Saya jadi tertarik. Kedua karena tingkat polusi yang sangat tinggi di jakarta dikarenakan jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak. Saya waktu masih naik motor membayangkan jika lebih banyak orang yang menggunakan sepeda dibanding kendaraan bermotor sedikit banyak dapat mengurangi polusi tersebut. Untuk menambah jumlah orang yang naik sepeda ya saya tidak bisa hanya berharap pada orang lain sementara saya tetap naik motor.
Ketiga, alasan kesehatan. Seperti saya bilang tadi saya perokok berat dan tidak pernah berolah raga. Saya belum sanggup (baca: mau) berhenti merokok. Dengan gowes ke kantor minimal ada satu bad habit saya yang berkurang, sekaligus bisa memperpanjang waktu saya untuk bisa merokok wkkkk.
Keempat, gowes ke kantor sepertinya menarik karena bisa merasakan pengalaman baru, di saat mobil-mobil dan motor terjebak macet kita bisa dengan santainya meluncur diantara himpitan mobil-mobil, naik ke trotoar atau masuk ke jalur cepat. Dan ternyata memang menyenangkan. Bahkan sekarang saya lebih senang gowes kalau lagi macet, karena berasa’ paling mobile sendiri, hihihi.
Jadi, gowes ke kantor yuks!
Catatan terakhir: bagi anda yang jarak rumah ke kantor masih dibawah 15 km dan anda bukan perokok apalagi anti rokok tapi tidak mau/berani naik sepeda ke kantor padahal punya atau mampu untuk punya, hanya ada satu kata dari saya untuk anda: CULUN!! 😀
wah mantafff..
ini acil hasril?
mantab Mas,
saya waktu awal2 (kerja) di Jakarta sudah nyepeda ke kantor, tetapi berhenti karena dua alasan; (1) sepeda dicuri orang. (2) klu mau masuk kantor, di gerbang, sepeda harus dituntun (turun) karena ada penjagaan tentara baret biru.
Apa ada dasar hukum bahwa klu sepeda harus dituntun (turun) kalau lewat depan penjagaan tentara?
waktu itu saya mencoba berargumen bahwa kondisi tersebut hanya layak dilakukan pada zaman Hindia Belanda, dan itupun hanya berlaku bagi para pribumi.
@ hermawan : dasar hukumnya tidak ada. itu masuk wilayah non hukum, etiket, sopan santun dll. ya tinggal “kuat-kuatan” aja :). btw, kerja dimana mas? di Cilangkap? saya dengar di Cilangkap bahkan mobil non sedan ga boleh masuk. agak lebay memang.