Bikepacking Jakarta – Bali (5)


Semarang – Pati

Hari ke-6

Jalur Semarang – Pati termasuk salah satu jalur yang terpendek selama perjalanan ini, +/- 80 KM. Total perjalanan sekitar 8 jam, berangkat jam 10.30 s/d 18.30.

Semarang-Pati

Saat sampai di Semarang saya berfikir untuk bertemu Syukron, teman dari Satjipto Rahardjo Institut (SRI). Sebelumnya memang kami sudah kontak-kontakkan, terutama begitu dia tahu saya sedang touring dan ada kemungkinan akan melewati Semarang. Namun malam itu saya belum tahu apakah mas Syukron besok pagi ada waktu atau tidak, ga enak ngontak terlalu malam, jadi baru esok pagi saya akan mengontak dia.

Karena malam itu belum jelas apakah besok pagi akan ketemua dia atau tidak maka malam itu saya coba buat dua skenario target kota berikutnya. Kalau jadi ketemuan maka kira-kira saya akan jalan jadi Semarang agak siangan, maka target berikutnya yang paling mungkin adalah Pati, namun kalau ga jadi ketemuan targetnya bisa sampai Rembang.

Pagi sekitar jam 7an saya WA mas Syukron, alhamdulillah pagi itu dia agak kosong jadi bisa ketemuan. Kami janjian di daerah Simpang Lima, dimana pun yang ada kopi n tempat ngerokoknya. Singkat kata kami akhirnya nongkrong di J.Co di salah satu mall dekat Simpang Lima sampai kurang lebih jam 10an.

Setelah puas ngobrol, saya melanjutkan perjalanan. Mas Syukorn naik motor mengiringi saya sekitar 3-5 km. Sebelumnya ia mengatakan nanti saya kemungkinan akan melewati jalur dimana akan sedikit banjir karena rob, setelah itu rutenya tinggal lurus mengikuti jalan.

*

Jalur menuju Pati melewati Demak. Sepanjang jalan pantura Semarang-Demak ini perjalanan terasa agak berat. Awalnya agak bingung kenapa sepeda terasa sangat berat dan lambat, padahal jalurnya mendatar, tidak menanjak sama sekali. Jalannya pun juga cukup mulus. Lama-lama baru sadar, ternyata karena angin yang lumayan kencang. Melawan angin ternyata beratnya hampir sama dengan tanjakan.

Entah berapa kali saya melipir untuk istirahat di jalur Semarang-Demak itu karena beratnya gowesan akibat melawan angin. Tapi paling tidak di rute yang tidak seberapa jauh itu saja setidaknya 2 kali saya berhenti untuk minum es, Sop Buah dan Es Kelapa. Sop Buahnya nambah pula saking hausnya.

Menjelang Kudus angin memang sudah mulai berkurang, namun gowesan tetap terasa berat. Saat melipir untuk istirahat di pinggir jalan baru sadar, ternyata ban agak kempes. Pikir-pikir ya wajar sih kalau ban agak kempes, karena sudah 6 hari ban ini harus nempel dengan aspal panas sepanjang hari. Sebelum melanjutkan perjalanan ban saya pompa dulu. Setelah itu perjalanan terasa lebih ringan lagi.

Namun belum ada 15 menit gowesan terasa agak berat lagi, padahal sudah tidak ada angin. Agak curiga lagi dengan ban, dan ternyata benar, bannya kempes. Agak yakin ban ini bocor. Cek-cek permukaannya ga ada tanda-tanda paku atau sejenisnya. Bocor lumayan halus sepertinya.

Sebenarnya saya bawa peralatan tambal ban, bawa ban serep juga, tapi kok ya males ganti sendiri, lelah. Pikir-pikir tukang tambal ban pasti ya banyak, akhirnya ban saya pompa lagi berharap kuat sampai dapat tukang tambal ban.

Setelah 2 kali dipompa, akhirnya dapat lah tukang tambal ban setelah memasuki Kudus. Ketimbang ditambal yang takutnya akan bocor lagi saya minta tukangnya mengganti ban dalamnya saja sekalian. Sembari nunggu ban diganti, saya cari minuman dingin.

IMG_4723

Operasi Ban – Kudus

Setelah ban diganti perjalanan saya lanjutkan. Sepeda menjadi terasa jauh lebih ringan. Agak curiga sebelumnya pas Semarang-Demak selain faktor melawan angin juga karena ban mulai kurang angin yang membuat perjalanan terasa berat. Bodohnya ga pernah saya cek bannya selama perjalanan tersebut.

*

Kudus-Pati saya lalui dengan cukup lancar. Sebenarnya tidak terlalu banyak juga yang saya ingat di rute ini, yang saya ingat tidak ada kendala yang berarti selain ban kempes tadi. Jalanan tinggal lurus-lurus saja dan tidak terlalu banyak truk atau bis yang lewat, sekalinya ada truknya ngebut, jadi ga bisa nempel di pantat truk.

Menjelang magrib akhirnya sampai di pusat kota Pati. Di pinggir jalan banyak yang menjual nasi gandul. Agak penasaran akhirnya saya mampir di salah satu tendanya. Rasanya lumayan. Full kolesterol kayaknya. Sembari makan mulai browsing-browsing penginapan. Akhirnya memutuskan untuk menginap di hotel yang saya lupa namanya, tapi tidak jauh dari situ. Jaraknya sekitar 10 menit gowes.

Sampai di hotel, cek harga, lumayan, tapi ga ada air panas. Penjaga hotelnya untuk baik, dia bilang ada juga hotel lain, cabang hotel ini lah, namanya Hotel Rama, agak lebih murah dan ada air panasnya. Hanya beberapa ratus meter dari hotel ini lah. Akhirnya saya memutuskan untuk mengecek hotel tersebut.

Tidak sampai 10 menit akhirnya sampai lah di Hotel Rama ini. Lingkungannya lumayan, pas depan hotel ada indomaret, jadi gampang untuk beli rokok.

Screen Shot 2017-12-07 at 22.40.39

Penampilan Hotel Rama di siang hari – sumber Google Maps

Sampai di lobby hotel tanya apa masih ada kamar, ternyata banyak, lantai 1 pula, jadi ga perlu naik tangga (hotelnya 2 lantai aja). Tanya apa ada air panas, jawabnya ada. Sip. Lalu di antar ke kamar…menyusuri lorong, banyak kamar, kayaknya kosong, menyusuri lorong lagi…dan…kamarnya dipaling pojok. Sial. Agak malas kalau dapat kamar dipojok2, jauh, sementara dekat di dekat lobby masih banyak kamar. Akhirnya tanya lagi, apa ada kamar yang agak di depan, ada katanya, agak mahal dikit (beda 15 rebu). Ya udah pindah ke depan. Dekat lobby. Balik lagi ke arah lobby.

Akhirnya masuk kamar, siap-siap mandi. Di kamar mandi shower, keran, ember dan ciduk. Agak bingung, untuk apa ini ember. Pas buka keran shower ternyata air dingin, sementara kerannya air panas. Bah, ember ini ternyata untuk nampung air panas. Mandi air panas di ember pake ciduk. Berasa di rumah.

Mumpung ada ember dan air panas, jadi bisa cuci baju. 1 aja sih yang dicuci. Dan lebih tepatnya, nyemplungin baju ke ember panas, ucek-ucek, peras, lalu jemur. Berharap besok pagi udah agak keringan.

Sehabis mandi, sekitar jam 11an ngopi dulu di nasi kucing depan hotel. Kali ini berhasil dapat kopi seduh, bukan kopi sachet. Selesai ngopi, balik ke kamar dan tidur.

Bersambung…

Sebelumnya: Tegal-Semarang

 

10 thoughts on “Bikepacking Jakarta – Bali (5)

  1. Pingback: Bikepacking Jakarta – Bali (4) | KRUPUKULIT

  2. Pingback: Bikepacking Jakarta-Bali (6) | KRUPUKULIT

  3. Belum ada lanjutannya gan? Yach belum tuntas dong kisahnya……

  4. Ayoo dong omm..dilanjut lagi ceritanya. Gaya tulisannya enak dibaca. Menginspirasi juga

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s